Pemerintah Indonesia mengusung haji ramah lansia pada tahun 1444 H/2023 M karena jumlah jemaah haji yang berusia di atas 65 tahun mencapai sekitar 65.000 orang. Hal yang menyebabkan meningkatnya jumlah jemaah haji lansia karena pada musim haji sebelumnya pemerintah Arab Saudi membatasi calon jemaah haji akibat pandemi Covid-19. Haji merupakan ibadah tahunan yang dikerjakan oleh muslim sedunia bagi yang mampu melakukannya. Berkumpulnya jemaah haji seluruh dunia pada satu tempat di waktu yang sama menjadi suatu kecemasan tersendiri bagi seseorang, terlebih bagi jemaah haji lanjut usia (lansia). Selain itu, berbagai kegiatan dalam ibadah haji, kondisi lokasi ibadah, bercampurnya berbagai macam karakter dan sifat manusia juga menjadi beban tersendiri untuk jemaah haji lansia. Apalagi penyelenggaraan haji tahun 2023 ini juga kali pertama dilakukan dengan kuota normal, setelah dunia dilanda pandemi Covid-19.
Jemaah lanjut usia (Lansia) yang menunaikan ibadah haji juga mendapat tekanan yang lebih besar karena lansia cenderung bergantung kepada keluarga dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan bila Jemaah lansia berangkat haji, ketergantungan kepada keluarga akan berganti kepada kelompok, dalam keadaan demikian, Jemaah lansia akan merasa terasingkan dan bersalah karena kegiatan kelompok menjadi terhambat. Perasaan terasingkan dan merasa bersalah akan membuat Jemaah lansia semakin cemas. Seseorang pada dasarnya mampu memodifikasi keyakinan-keyakinannya dengan melatih kemampuan berpikirnya. Dalam kondisi demikian, jemaah diharuskan beradaptasi dengan lingkungan dan cuaca yang ekstrim, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk beradaptasi hanya tersisa sekitar 3 bulan karena kloter awal Jemaah haji Indonesia berangkat sekitar akhir bulan Mei 2023, terlebih untuk jemaah haji lansia yang kesulitan beradaptasi dan kesehatan yang semakin menurun. Selain beradaptasi dengan cuaca, jamaah haji lansia juga dihadapkan kepada penyesuaian emosi, berkumpulnya orang dari berbagai negara, dengan kebiasaan serta adat yang beragam sehingga akan menimbulkan perilaku-perilaku diluar kebiasaan (seperti : tidak mau antri, tidak mau mengalah, dll), sehingga dapat menumbuhkan prasangka dan emosi yang negatif pada jemaah haji lansia. Lansia sendiri merupakan suatu siklus terakhir siklus kehidupan seseorang, ketika seseorang menjadi semakin tua, mereka cenderung berpotensi mengalami masalah kesehatan. Lansia dimulai pada usia 60 atau 70 tahun hingga saat kematian. Masa ini merupakan masa untuk meninjau hidup yang sudah dipelajari, pensiun, dan menyesuaikan diri terhadap peran-peran sosial yang baru mengalami penurunan kekuatan dan kesehatan. Kondisi lingkungan yang baru dan cuaca yang ekstrim membuat jamaah haji lansia mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum karena ketidakmampuan menghadapi masalah atau rasa tidak aman, umumnya akan menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala psikologis (seperti panik, bingung, tidak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya). Karenanya, Menag Yaqut Cholil Qoumas menekankan pentingnya mempersiapkan layanan terhadap jemaah haji secara matang, termasuk untuk jemaah haji lansia dengan melibatkan ahli Geriatri.
Jemaah haji lansia sehat memerlukan persiapan. Sebab, menjadi lansia adalah proses alamiah bagi semua orang. Karenanya, setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menjadi manusia lanjut usia yang lebih sehat. Agar menjadi lansia yang lebih sehat, mandiri, aktif, produktif dan bisa melaksanakan ibadah haji secara sehat maka perlu mempersiapkan diri. Caranya dengan meningkatkan kesabaran dan berfikir positif, menjalin hubungan harmonis dalam keluarga, teman dan lingkungan serta tetap setia dengan pasangan yang sah. Selanjutnya untuk menjadi jemaah haji lansia yang sehat, perlu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak sekarang. Setidaknya ada empat hal yang harus dilakukan untuk menjadi Jemaah haji lansia yang lebih sehat.
Pertama, selalu membiasakan melakukan aktifitas fisik ringan selama 30 menit sehari dan lakukan senam lansia secara rutin, karena tidak bisa dipungkiri bahwa ibadah haji adalah ibadah fisik. Kedua, konsumsi sayur dan buah setiap hari dan makan makanan yang kaya akan kalsium. Ketiga, memeriksakan kesehatan secara rutin di pos pelayanan terpadu (posyandu) lansia atau pos pembinaan terpadu (posbindu) dan ke Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) jika ada keluhan kesehatan. Keempat, kembangkan hobi sesuai kemampuan dan terus lakukan kegiatan yang mengasah otak. Hal ini dirasa perlu dilakukan, mengingat dengan melakukan tips kesehatan sebelum keberangkatan haji, bisa melatih dan terbiasa ketika berada di tanah suci. Setelah berlatih, kekuatan fisik akan jauh lebih prima dan insyaAllah ibadah haji lebih optimal serta kondisi kesehatan jemaah pun terjaga. Terlebih jemaah haji yang berusia lanjut usia atau lansia harus menjaga kesehatan agar tetap prima dan sehat. Apalagi menghadapi aktifitas puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna), fisik yang prima sangatlah dibutuhkan. Kondisi fisik jemaah haji lansia berbeda dengan jemaah haji yang masih muda. Untuk itu ritme ibadah jemaah haji lansia harus dijaga. Kondisi fisik yang prima dan sehat bagi jemaah lansia sangat diperlukan saat ibadah di Armuzna. Kadang ada sebagian jemaah yang tidak mau makan karena terlalu sibuk beribadah, kondisi ini dapat menimbulkan terjadinya hipoglikemia (menurunnya kadar gula darah) dimana hal ini merupakan dampak dari aktifitas padat dalam beribadah. Hingga tidak memperhatikan asupan gizi yang dibutuhkan bagi tubuhnya. Yang kelima, perbanyak minum air selama proses ibadah ditanah suci, karena cuaca di Medinah-Makkah saat ini cukup panas, minimal 2 liter per hari atau minimal 8 gelas, supaya tidak dehidrasi. Yang keenam, Jemaah haji lansia harus meluangkan waktu untuk istirahat, sehingga jemaah haji lansia jangan memaksakan diri beribadah ditanah suci padahal sebetulnya sudah sangat kelelahan. Jemaah haji lansia harus cukup beristirahat dan fokus untuk mengikuti puncak haji seperti wukuf di Arafah dan rukun lainnya. Saat momen penting itu, tubuh harus dalam kondisi sehat dan prima. Selain fisik yang kelelahan, para jemaah haji lansia juga kadang terkena demensia. Ini adalah sebuah kondisi di mana para jemaah haji mengalami kemunduran proses berpikir, sehingga tak sadar ada di mana, lupa hari dan waktu. Ini terjadi juga karena faktor kelelahan. Kondisi kelelahan yang dialami para Jemaah haji lansia perlu diantisipasi sejak awal sehingga ibadah haji di tanah suci bisa dilakukan secara maksimal.
dr. H. Tejo Katon, S.Si, MBA, MM (Ketua PW Forum Komunikasi Alumni Petugas Haji Indonesia Wil. DIY dan Wakil Ketua Umum IPHI DIY Bidang Kesehatan)
Related Posts
Berhasil Ungkap Kasus Penimbunan 30 Ton Solar Subsidi, Polres Probolinggo Terima Penghargaan
Operasi Patuh Semeru 2023 Polrestabes Surabaya Catat Angka Pelanggaran Turun
Polres Magetan Laksanakan Apel Gelar Pasukan, Kesiapan Pengamanan Suro 2023
Mutasi PJU di Lingkup Polres Magetan, Kapolres Pimpin Sertijab
Kapolres Lumajang Bebaskan dan Bantu Pengobatan ODGJ yang Dipasung